Tuesday, November 29, 2011

When Our Past Came Back to Us


They are always trying so hard to forget you, Tash! Why don’t you hah? Oh, c’mon! Don’t be a fool!
Tasha membathin dan tak terbayangkan perasaan yang berkecamuk dalam hatinya. Sepi, sendiri, terbuang...dibuang lebih tepatnya. Tasha gak pernah menyangka bakal segalau ini meninggalkan kekasih-dua-setengah-bulan-nya itu. Saat itu, waktu telah menunjukkan pukul 20:45. Tasha yang sedang menelusuri jalan dengan tatapan kosong tiba-tiba terkejut dengan pemandangan di arah jam dua-nya. Tasha pun terhenti, terbengong-bengong melihat pemandangan itu, ya kalau di sinetron mata Tasha bakal membelalak keluar, di-zoom in, di-zoom out, kemudian iklan. :))



Secepat ini, Tar? Segitu aja aku ada di hati kamu?
Menyadari ada yang memperhatikannya sejak tadi, Attar pun balik memperhatikan sebelum akhirnya menyadari bahwa yang memperhatikannya adalah mantan-baru-kemarin-nya, Nadia Natasha Wibowo.
“Tasha! Tunggu!” teriak Attar sia-sia. Setelah kepergok memperhatikan Attar, Tasha langsung membalikkan badan dan berlari sekencang-kencangnya.
“Ndin, sorry. Aku harus kejar dia.” Attar berpamitan dengan terburu-buru dan memandang Andin dengan tatapan meminta maaf.
Hmmm… Memang gak ada yang lebih menyakitkan daripada menatap kedua mata orang yang kamu cintai, lalu menemukan bayangan orang lain terpantul disana.1 Nasib lo, Ndin. Sabar ya, Ndin…
Andin membathin, menghembuskan napas yang terkandung beban di dalamnya, kemudian pergi meninggalkan kafe itu. Kini, giliran Andin yang berjalan dengan tatapan kosong. Di sisi lain…
“Tash! Ini nggak seperti apa yang kamu pikir. Denger aku dulu, please. Taaaaassh!!! Hhhh…” Attar berusaha mengajak Tasha berbicara sambil berlari mengejarnya. Namun, Tasha mengacuhkannya. Ia pun berhenti, mengusap peluhnya masih dengan napas yang tersengal-sengal. Kemudian, ia menengok ke arah kiri. Dilihatnya Tasha menunduk memeluk lututnya, ia pun menghampirinya.
“Tash…” ucapnya lirih diiringi belaian halus di kepala Tasha. “Dengerin aku dulu, dong. Yang kamu liat tadi gak seperti apa yang kamu pikirin kok. Aku it…” ucapan Attar dipotong secara kasar oleh Tasha.
“TAU APA LO TENTANG APA YANG GUE PIKIR? TENTANG APA YANG GUE RASA? COWOK BRENGSEK MANA ADA YANG PEKA! DAN GUE…” Tasha menunjuk dirinya dengan emosi tinggi. “GUE ADALAH CEWEK BODOH YANG BISA-BISANYA RELA DIBIKIN KACAU SAMA COWOK BRENGSEK MACAM LO!!!” Tasha sudah akan meninggalkan tempat itu dan berlari layaknya atlet SEA Games, tetapi Attar menahannya. Attar menarik tangan Tasha.
“Nadia…” panggilan itu, panggilan sayang dari Attar, yang diambil dari nama depan Tasha, yang sudah lama tak terngiang di telinga Tasha. Tasha merindukannya, merindukan panggilan itu. “Dengerin aku ya…. Dia bukan siapa-siapa aku kok, cuma teman SMA-ku. Kebetulan ketemu terus kita ngobrol-ngobrol. Nothing special, Nad. Jangan mikir yang macem-macem ya. Aku gak sepicik yang ada di pikiran kamu. Baru putus langsung cari pengganti dengan alasan untuk move on dari kamu. Gak gitu kok. Sekarang aku antar kamu pulang ya. Ini udah malam banget. Lagian kenapa juga kamu jalan kaki lewat sini? Biasanya juga minta jemput papa kan kalau udah larut begini? Emang papa kemana kok gak jemput kamu?
“Makasih! Aku bisa pulang sendiri!” Tasha melepas genggaman Attar dengan kasar kemudian berlari secepat mungkin. Attar hanya dapat memandangi sampai Tasha menghilang di perempatan jalan.
***
Attar :)
+6281876XXXX

Ndin, lagi apa? Udah di rumah kan?
Sorry tadi aku tinggal gitu aja.
Kamu tadi pulangnya gimana?

“Udah memperlakukan gue kaya tadi di depan umum masih bisa juga SMS gue? Andin menaruh ponselnya di meja samping tempat tidurnya, mengabaikan pesan singkat dari Attar, dan menutup kepalanya dengan bantal. Tak lama kemudian ponsel Andin berdering. Nada dering You Got Me dari Colbie Caillat menandakan bahwa Attar lah yang menelponnya. “Arrrgh...! Andin mengerang kesal. “Mau apa sih ini cowok brengsek?!” Andin pun menutup kupingnya rapat-rapat dengan bantal. Berusaha dengan keras agar ia bisa terlelap secepat mungkin. Hari ini begitu menyakitkan baginya. Masa lalu yang datang tiba-tiba dan hancur pula dengan tiba-tiba.
Attar :)
+6281876XXXX

Ndin, udah tidur ya? Pasti capek banget.
Yaudah istirahat ya. Besok aku tunggu di kafe tadi lagi.
Sleep tight, Ndin. Glad to meet you today!
Thanks. ;)
***
Bener gak sih itu cewek cuma teman SMA-nya Attar? Sampai pegang-pegangan tangan? Apa emang begitu pergaulannya Attar? Hmm...salah gue sih gak mengenal Attar lebih jauh. Jadi begini nih, kurang informasi... Bathin Tasha lemas.
 “Aha! Pasti mention-an atau DM-an di Twitter tuh mereka. Hmmm...buka akunnya Attar ah! Maaf ya Attar, bukan aku bermaksud lancang, aku hanya ingin cari tau fakta supaya suudzonnya tidak menjadi-jadi.” Tasha berbicara sambil memandangi ponselnya. Tasha pun membuka aplikasi Twitter di ponselnya kemudian log in dengan akun Attar. Begitu loading complete, langsung saja ia membuka tab Direct Message. Ia tak menyangka bahwa terdapat banyak DM Attar dengan wanita-wanita lain. Sebagian dikenalnya, sebagian hanya dilihatnya di timeline Twitter Attar. Ia membuka satu-persatu DM mantan kekasihnya dengan wanita-wanita itu. Sebab, ia tidak mengetahui nama dari wanita yang disebut Attar sebagai teman SMA-nya. Tak lama kemudian, ia mendapati DM Attar dengan wanita yang diduganya adalah teman SMA Attar yang ditemuinya di kafe kemarin malam. Ia membacanya dari awal dengan seksama.

Nov 3, 15:03
@bputriandini : pin:21F4XXXX
Nov 3, 15:06
@AttarFauzan : Udah aku invite! Accept ya! :D
Nov 5, 18:40
@AttarFauzan : Boo, pending BBm-nya. Aaa abal deh providermu! :p
Nov 5, 18:45
@bputriandini : BBmu yang abal. Aku bbman sama yang lain lancar kok yang. Fufufu. :(
Nov 5, 18:47
@AttarFauzan : Yaudah sabar ya jangan cemberut gitu. Baru ditinggal sebentar aja udah kangen. :p
Nov 5, 18:50
@bputriandini : Ngaca deh. Yang kangen sama aku siapa coba? Wooo! :p
Nov 6, 19:50
@AttarFauzan : Pending, boo. Besok jadi kan? Di Moccafe ya, boo! Agak malam aja selesai aku kuliah. Pulangnya aku antar deh. :D
Nov 6, 19:55
@bputriandini : Sip! See you jelek! :p

Good job, Attar. Jadi ini alasannya kamu gampang lupain aku? Nyuruh aku gak ngehubungin kamu lagi karena ada yang lebih penting buat dihubungin? Yakin ini cewek gatel cuma teman SMA kamu? Hahaha...Tasha kenapa lo tolol banget sih?! IP sih boleh cum laude, tapi kalau masalah cinta lo cocok jadi ketua komunitas PMDK alias Persatuan Mahasiswa Dua Koma, Tash!, Tasha terpukul mendapati mantan kekasihnya secepat itu melupakannya, mendapati dirinya tak seberapa di hati Attar, dan ia pun terlelap dengan air mata.
***
Bathari Andini Putri
+62812455XXXX

Attar, kalau km masih sayang sm dia, kejar!
Aku sm dia sama-sama masa lalu km.
Tapi dia baru kemarin banget ngisi hati km, blm sepenuhnya kosong kan?
Aku yakin masih banyak bagian di hati km buat dia. Kejar dia...:)

To : Bathari Andini Putri
Kita omongin pas ketemu aja ya, Ndin.
See you at 8 pm, boo! :)

Mi Amor 
+628177XXXX

Lo selalu nurutin apa mau gue kan?
Tapi rasa2nya gue gak pernah minta lo ngeduain gue loh, Tar.
Hahaha. Muchas Gracias, Fauzan Attar Pratama!
You give me so much to be remembered! :)

To : Mi Amor 
Maksud kamu apa, Tash? Aku gak ngerti.

Mi Amor 
+628177XXXX
Calling

“Gak usah sok bego, Tar! Bathari Andini Putri itu siapa lo? Selingkuhan? Jadi itu yang bikin lo cepet lupa sama gue? Nyuruh gue gak hubungin lo lagi karena udah ada dia dari beberapa hari sebelum kita resmi putus? Makasih banget, Attar! BRENGSEK LO!” Tuttt...tut...tut. Telepon terputus sebelum Attar sempat menjelaskan dan membela dirinya.
Shit! Dia pasti buka akun Twitter gue. Kenapa gue bisa lupa kalau Tasha tau password gue?! Ah!” Attar merenung memikirkan bagaimana akan membela dirinya di depan Tasha, bagaimana akan menjelaskan semuanya kepada Tasha, dan mengapa ia rela pusing-pusing memikirkan Tasha yang begitu marah padanya, sedangkan statusnya kini dengan Tasha sudah tidak ada apa-apa lagi. Masihkan Attar menyimpan rasa? Masihkah Attar memiliki niat untuk kembali?
***
Moccafe, 20: 15
“Sepertinya Tasha buka akun Twitterku dan baca DM kita. Aku lupa ngehapusnya, Ndin. Aku juga bahkan lupa kalau dia tau password aku. Sebelumnya dia gak pernah selancang itu buka Twitterku. Kalaupun mau buka, dia pasti minta izin sama aku.” Attar menjelaskan masalah yang sedang menimpanya. “Terus aku mesti gimana, dong?”
“Kamu masih mau balikan ya sama dia?”
“Kok kamu nanya gitu?”
“Kalau udah gak mau balikan, kenapa kamu masih pusing-pusing mikirin dia? Dengan begini dia gak akan ganggu kamu lagi toh? Ya paling ganggu marah-marah, kalau gak kamu tanggapin juga dia lama-lama kesel dan capek. Bukannya kamu yang nyuruh dia buat gak ngehubungin kamu? Bukannya ini mau kamu?” Attar merenungi jawaban sekaligus pertanyaan dari Andin. Semua perkataan Andin memang benar. Inilah yang Attar mau, inilah yang ia minta kepada Tasha untuk tidak mengganggunya lagi. Dan semua dilakukan agar Attar bisa kembali lancar menjalin cinta lamanya dengan Andin. “Tapi, kalau kamu masih mau balik sama dia, ya jelasin semua ke Tasha dengan jujur dan kamu harus mencoba memperbaiki semuanya buat dia. Tempat di hatimu buat Tasha masih banyak kan? Aku yakin itu.” Andin pun tersenyum, membuat Attar semakin bimbang dan merasa bersalah.
“Aku bakal pikirin ini dulu deh, Ndin. Aku gak mau salah langkah. Makasih buat sarannya ya, sayang!” seketika Attar mengecup pipi Andin. Percakapan di antara mereka pun kembali hangat. Attar kembali memunculkan gelak tawa pada bibir Andin, mengikat Andin dengan segala perhatian, dan sentuhan kasih sayang. Attar seakan melupakan kuliah-tegang-tujuh-menit-nya-barusan bersama Andin yang membicarakan tentang Tasha.
***
Sesampainya di rumah, Attar memikirkan tentang Tasha dan Andin. Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang perasaan yang sebenarnya kepada kedua wanita itu. Agak brengsek dan terlihat serakah, sih. Namun, pada dasarnya ia tak mau salah langkah, tak mau menyesal dengan keputusan yang akan diambilnya.
Mi Amor 
+628177XXXX

Aku butuh penjelasan kamu, Tar!
Aku tunggu besok di Warung Pasta jam 4 sore.

I’m give up on you, Tash! Sorry… Aku sayang kamu, tapi ternyata aku lebih sayang Andin. Dia yang lebih mengerti aku untuk saat ini. Aku yakin kamu pasti dapat yang lebih baik dan gak sebrengsek aku.” Attar berbicara di depan layar ponselnya. Tuhan, jaga Tasha, ya?!
***
“Tar, ke rumah aku sore ini bisa nggak? Ada acara ulang tahun perkawinan papa dan mama. Kamu disuruh datang, tapi datangnya lebih awal ya sekalian bantu-bantu gitu. Hahaha…” tanpa melihat layar ponselnya, Attar tau siapa yang menelponnya. Suara khasnya…
“Bisa kok, Ndin! Suatu kehormatan nih diundang sama calon mertua. Hahahahaha…”
“Wooo! Emang papa mama mau apa kamu jadi menantunya? Hahaha. Oke aku tunggu, ya!”
Perbincangan singkat lewat udara itupun berakhir. Kebetulan sekali Andin mengajaknya pergi sore itu karena tadinya Attar akan mengajaknya bertemu di kafe biasa untuk memberitahukan keputusannya.
***
Rumah Andin, 15:40.
Rumah Andin tampak ramai sore itu. Ruangan keluarga telah terisi penuh oleh sanak saudara. Lengkap dari kakak pertama Andin bersama istri dan kedua anak kembarnya, kakak kedua Andin bersama suami dan anak perempuannya, serta tante, om, dan sepupu-sepupu Andin. Seperti yang tadi sudah Andin bilang kepada Attar bahwa malam ini mama dan papanya akan merayakan hari pernikahannya yang ke-30.
Di ruangan makan, Andin, Attar, dan beberapa pembantu rumah tangga keluarga Wibowo tengah mempersiapkan hidangan untuk para keluarga. Tahun ini giliran Andin yang menyediakan acara ini untuk papa mamanya, mulai dari menu makanan, walaupun bukan Andin yang memasak sepenuhnya, sampai menata ruangan. Kegiatan ini sudah menjadi kesepakatan Andin dengan kedua kakaknya dan dilakukan secara bergilir.
***
Warung Pasta, 16:00.
Tasha telah menunggu Attar di Warung Pasta, di bilangan Kemang. Ia telah memesan menu favoritnya, yaitu Mushroom Chunk ukuruan M dan Vanilla Crunchy. Sampai makanan habis pun Attar tak kunjung datang menemuinya. Tanpa pikir panjang Tasha pun menelpon Attar.
Fauzan Attar Pratama
+6281876XXXX
Connecting…
“Nomor yang Anda tuju sed…” suara perempuan dari balik telepon itu disambung oleh Tasha “SEDANG SELINGKUH!!! Tauan gue daripada lo kali!” Tasha marah-marah di depan layar ponselnya, tanpa menyadari bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh para pengunjung restaurant tempat ia makan.
Selingkuh? Lah? Dia kan udah bukan siapa-siapa gue. Gue kenapa sih? Kamu melet aku ya, Tar? Kamu emang bener sih, dia emang teman SMA kamu, gak salah kok, tapi ada yang lebih dari itu, dia mantan kamu! Emang nothing special, karena dia itu superb special! Kamu emang gak sepicik yang ada di pikiranku, tapi lebih dari sekedar picik, kamu brengsek, kamu bajingan, kamu bangsat, Tar! Emang bukan baru putus langsung cari pengganti dengan alasan untuk move on dariku, tapi dari sebelum putus sama aku kan, Tar?! Ah!!! Tasha bego, Tasha tolol, Tasha goblok! Attar bajingan, Attar brengsek, Attar bangsat! Tasha membathin dengan segala caci makinya yang tak sanggup diteriakkannya di hadapan Attar. Merasa penantiannya sia-sia, ia pun meninggalkan tempat itu. Meninggalkan harapannya untuk Attar di tempat itu, meninggalkan segalanya tentang Attar…
***
Taman Belakang Rumah Andin, 18:18.
“Ndin, would you come back again with me?”

SELESAI
1 Yuditha Hardini, Orang Ketiga (Jakarta: Gagas Media)