Berlin, den 30. 4.
Liebe Julie...
Engkau satu dari sekian banyak wanita menawan
yang kutemui, tetapi hanya satu-satunya yang mampu menyapa hatiku yang sepi.
Parasmu cantik, pun hatimu. Aku sedang tidak nyepik seperti
yang dilakukan lelaki-lelaki di linimasa-mu. Iya, aku menjadi stalker-mu.
Kini kau tak perlu pakai aplikasi virus hanya untuk mengetahui siapa yang
mengecek timeline-mu setiap hari. Pasti banyak, tetapi selalu
aku...
Hatiku berkata engkau sedang baik-baik saja,
kuharap hatiku benar. Selalu benar, sih. Seperti saat memilih wanita dan hatiku
jatuh padamu. Terjegal lesung di kedua pipimu dan sikap manismu saat bertemu
denganku di lobby Rumah Sakit Santa Borromeus, Bandung.
Bagaimana April-mu? Setampan wajah April-mu
yang dulu kah? Maksudku aku. Ah, aku hanya bergurau. Tak pernah kau panggil aku
tampan, dulu. Selalu kau panggil 'jelek.' Tak apa, asal kau ucapkan hanya
padaku. Lebih baik daripada panggilan 'sayang' yang di-broadcast ke
entah siapa aku enggan melanjutkannya...
Sudah kah kau hampiri pusara ayahmu, Julie?
Sudah kah kau taruh se-bucket bunga mawar putih kesukaannya? Jika
kau pergi ke sana lagi, sampaikan salamku padanya. Maaf aku belum sempat
mengunjungi beliau. Suatu saat, pasti. Terakhir tentang ayah...sudah ikhlas
kan, Julie? Ini sudah tahun ketiga. Aku harap sudah...
Bagaimana kabar Kayla? Sekolah di mana si
manis itu sekarang? Aku harap kejadian tiga tahun lalu tak menghalangi si manis
untuk bersekolah. Tak pula menghalangi bakat yang dimiliki untuk dikembangkan.
Tanamkan pada diri Kayla untuk tak mendengarkan cemooh orang lain, Julie. Aku
tau itu pasti berat untuk Kayla, tapi aku yakin Kayla bisa menghadapi hidupnya
yang tak lagi sempurna--dalam arti sesungguhnya--seperti tiga tahun yang
lalu...
Kabarku? Tak inginkah kau tau? Tak perlu kau
jawab, kau pasti tau aku akan tetap bercerita meski jawabanmu adalah tidak. Aku
sudah akan menyelesaikan S2-ku di Berlin, Julie. Secepatnya akan kembali ke
Indonesia, hanya sebentar. Maukah kau menemuiku yang telah meninggalkanmu tiga
tahun yang lalu?
Aku hanya ingin memastikan kau tak membenci
bulan April-mu lagi, Julie. Sudah tiga tahun, tak maukah kau memaafkan bulan
April-mu? Aku harap selalu ada hal yang membuat April-mu indah dan mengikis
kebencianmu kepadanya. Mungkin aku, alasannya. April-mu yang dulu...
Maafkanlah April di hari terakhirnya,
Julie. Wir sehen Sie uns in Indonesien!
mit Liebe aus Berlin,
Aditya Aprilio
No comments:
Post a Comment